Minggu, 25 November 2018

(Mantan) Bidan Ternyata Pernah Jadi Wartawan



Hai kawan-kawan sekalian,


Masih betah kan baca cerita (mantan) bidan yang budiman ini? Hihi. Kebetulan nih kali ini saya ingin berkisah tentang 5 hal mengenai saya. Apa ya? Tebak dulu deh.

Ups! Sudah... Jangan bilang kalau saya seorang perempuan, kini jadi istri solikha, jadi ibu dari anak cowok, cantik dan baik hati. Itu mah muji, bukan tentang saya sejujurnya. Hihihi. Terima kasih ya sudah membuat saya besar kepala. Sampai melar nih kerudungnya.

Ini dia 5 hal tentang (mantan) bidan ini. Sudah tahukah kalian kalau saya...

1. Cita-cita awal jadi dokter
Duluuu sekali saat masih berseragam putih merah, saya menulis 'dokter' di kotak cita-cita. Entah apa yang saya pikirkan saat itu. Mengapa juga saya tidak menulis 'perawat' yang merupakan profesi Mama. Malah dokter yang jarang saya temui meski sering diajak Mama ke tempat kerjanya. Iya sih, kala itu, kalau sore memang tidak ada dokter jaga, mana bisa bertemu?

Mungkin bagi anak kecil seusia saya dulu, pekerjaan yang berhubungan dengan kesehatan hanyalah dokter. Apalagi saya tinggal di kampung, para tetangga menyebut Mama sebagai Bu Dokter. Dan saya juga tidak tahu profesi selain itu. Itulah mengapa saat ada form tentang cita-cita, hanya kata 'dokter' yang terlintas.

2. Pernah ganti cita-cita jadi penulis
Dengan bertambahnya umur, cita-cita jadi dokter memudar. Di bangku sekolah menengah pertama, hobi saya main ke perpustakaan. Lebih asyik menghabiskan jam istirahat dengan buku daripada jajan di kantin. Uang saku jadi irit dan bisa ditabung.

‘Layar Terkembang’ adalah novel favorit di era itu, sekitar tahun 2000-an. Wah ternyata saya sudah tua, yah. Tata bahasanya yang indah membuat saya tertarik menjadi penulis, menulis kisah romantis nan mendayu. Kemudian dengan sobekan halaman akhir buku tulis, terlahirlah Alicong, tabloid buatan saya. Isinya? Kisah fiksi Aliyah dan Kacong, 2 nama teman sekelas saya. Ternyata responnya sungguh positif! Teman-teman berebut membacanya karena menganggap ini lelucon belaka.

3. Saat SMA malah jadi wartawan
Berkat pengalaman iseng membuat tabloid asal-asalan, di jenjang pendidikan selanjutnya malah saya seriusi. Inilah cikal bakal tabloid SMASA yang pertama. Saya ditunjuk sebagai ketua redaksi, namun karena minim pengalaman maka saya mundur dan memilih jadi wakil saja. Dengan ilmu seadanya, kami menempa adik kelas untuk ikut serta dalam pembuatan karya ini. Hasilnya lumayan, loh. Pihak sekolah sangat berbangga dan meneruskan proyek ini bahkan setelah saya lulus.

Nah di sela sebelum kelulusan, saya yang juga terpilih menjadi wartawan tabloid sekolah, sering mondar-mandir dari rumah saya di Kota Pasuruan ke Kota Surabaya. Tujuannya adalah ambil gaji, karena saat itu saya belum punya rekening bank dan malas menggunakan wesel. Gajinya lumayan loh, sekitar 500 ribuan per bulan. Pihak jurusan jurnalistik kampus UBAYA yang menggaji, karena hasil liputan saya di sekolah-sekolah wilayan Pasuruan dimuat. Senangnya …

4. Lulus kuliah pernah merantau ke Jogja jadi penulis cerpen
Tapi lulus SMA, saya tidak melanjutkan pendidikan sesuai minat. Menuruti inginnya Mama jadi masuk jurusan kebidanan. Walau demikian, saya lulus tepat waktu dan cumlaude loh. Lulus kuliah pun saya lanjut jadi bidan dan bekerja di rumah bidan serta klinik di wilayah Kabupaten Pasuruan.

Namun karena ada suatu konflik keluarga, saya harus hijrah ke provinsi sebelah. Tepatnya di Kabupaten Sleman, Jogjakarta. Di rantau, saya tidak bekerja sesuai profesi, seadanya asal saya bisa bertahan hidup sendiri di tempat asing. Skill menulis kemudian muncul dan jadilah saya cerpenis. Karya saya dimuat di harian Kedaulatan Rakyat. Tiap bulan mampir ke kantor redaksi untuk ambil honor. Bahkan Mama pernah ikut rutinitas ini. Mama terharu atas usaha saya ini. Sungguh tak disangka.

5. Akhirnya sekarang kegiatan sehari-harinya ialah nulis
Sekarang, semenjak menikah, saya tidak lagi bekerja sebagai bidan. Cukup di rumah bersama suami dan mengasuh anak. Kehidupan berlangsung normal, setelah masa-masa berat telah berhasil terlewati dengan baik. Di sela waktu, saat si kecil terlelap, saya masih menyempatkan waktu untuk menulis. Sekedar mengisi blog demi kesenangan semata. Alhamdulillah …


Nah itulah sedikit tentang saya. Mungkin tidak ada yang menyangka kalau ternyata dunia saya sejak awal itu ada di kepenulisan. Semoga jalan ini membawa berkah. Dan saya bisa istiqomah menulis hal-hal bermanfaat untuk sesame. Aamiin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar