![]() |
Dulu belum berhijab, cyin |
Definisi bahagia itu beraneka
ragam.
Tergantung masing-masing individu. Bagi bidan labil, kembali bisa
meyakinkan diri kalau terus kuat jadi bidan ialah saat terbahagia. Seperti pada
kondisi saya di tahun 2014. Mendapat kertas ajaib bernama sertifikat,
melanjutkan langkah di profesi mulia. Setidaknya ... ini pencerahan terindah
dan tidak lagi mogok jadi petugas kesehatan.
Bagi bidan, punya sertifikat APN
(Asuhan Persalinan Normal) merupakan sebuah keharusan. Yah, pengecualian bagi
yang baru lulus terus langsung diangkat jadi CPNS dan akhirnya jadi malas
mengurus sertifikat ini. Uuu, irinya saya. #eh
Saya pribadi, setelah
bertahun-tahun menunda memilikinya karena berat di ongkos (harap maklum, gaji
masih belum seberapa, euy! Biaya pelatihan dan ujiannya lumayan) akhirnyaaa ...
sebelum bulan puasa tahun 2014 sudah bisa mendekapnya. Alhamdulillah, yay!
Kebayang dong bagaimana girangnya
hati ini. Sekian lama menabung, potong anggaran buat jajan sembarangan, taraaa
... Selembar kertas tebal ini pun saya peroleh dengan perjuangan 9 hari di kota
orang. Dari Pasuruan ke Malang (yang hampir tidak pernah saya kunjungi), saya
bak Kera Sakti dan kawan-kawannya dalam mencari kitab suci. Yah, walau
perjuangannya gak sampai bertemu banyak siluman, sih.
Mengapa ini jadi momen terbahagia saya?
Sebab dalam pengalaman ini, saya
bagai terlahir jadi manusia yang lebih baik lagi. Mujarabnya berendam di air 7
sumur kalah jauh dibanding pelatihan yang saya dapatkan di sini. Perubahan
total terjadi baik dari segi mental, spiritual, sikap dan pengetahuan.
Jreng-jreng!
Bahagia karena berani mengajukan diri jadi ketua kelas!
Kata orang, pemilik zodiak
Capricorn itu berjiwa pemimpin. Ah, masa? Kok saya malah sering mundur kalau
harus jadi yang terdepan? Mitos, tuh!
Tapi saking bahagianya saya bisa
ikutan ujian APN, saya sampai tak sadar mengacungkan diri waktu pengajar
menanyakan siapa yang mau jadi ketua kelas. Baru ‘ngeh’ ketika teman-teman
tepuk tangan dan pengajar minta saya maju ke depan kelas.
“Loh, kok saya? Aslinya tadi mau
ngapain ya kok sampai telunjuk saya terangkat?”
Weleh-weleh ... Cuma bisa ngomong
dalam hati dan menikmati peran baru sebagai ketua kelas. Tidak apa, belajar
bertanggung jawab! Ah, senangnya dapat kesempatan langka. Peran ketua kelas
ialah sebagi penghubung antara pengajar dan yang diajar. Jadinya, saya jadi
tahu info ter-update. Hihi.
![]() |
Kerudung orange :p |
Bahagia karena dapat me-refresh materi!
Kala itu, saya sudah 4 tahun
lulus kuliah D III Kebidanan. Tapiii, ilmu saya masih segini-gini saja. Ini
semua akibat kurang serius dalam mengecap dunia kebidanan. Berkat ujian APN,
saya jadi bisa kembali menjadi insan yang otaknya penuh dengan ilmu. Ada ilmu
lama yang kembali terserap, ada ilmu baru yang langsung bikin saya jatuh cinta
lagi dengan profesi ini. Contohnya saja saya jadi bisa menghapal jingle bidan
yang dulu sempat eneg untuk saya nyanyikan. Ini dia jingle-nya
...
Yang menyanyikan adalah
bidan-bidan senior. Saya hanya memberi efek tulisan biar kalian juga bisa
mengikutinya. Mohon maaf ya, jangan lama-lama didengar. Nanti bingung itu
maksudnya apa. Ikutan kuliah dulu deh biar ngerti, hihi.
Bahagia karena bisa belajar lebih sabar lagi!
Karena targetnya ialah harus
dapat 3 persalinan normal yang ditolong sendiri (ingat, bukan ramai-ramai
seperti saat dinas di rumah sakit) dan dinilai oleh bidan-bidan senior yang
menjadi pengajar, ini menjadi steressor tersendiri.
Bayangkan, ketiga pasien
saya datang saat persalinan masih dalam fase awal. Artinya saya harus lebih
sabar menunggu untuk proses kelahiran bayi (target utama ialah untuk menolong
persalinan). Paling tidak, minimal butuh waktu 6 jam untuk saya dalam merawat
ibu-ibu yang kesakitan selama masa pra-persalinan. Uuu ... walau capai, tapi
harus tampil prima dan senyum selalu agar sang ibu merasa tenang.
Momen ter- dan terbahagia adalah
ketika bisa menolong para bayi tanpa melukai sang ibu. Dalam artian, saya tidak
meninggalkan luka pada jalan lahir ibu sehingga tidak perlu melakukan tindak
penjahitan yang menyakitkan. Proses kelahiran bayi berlangsung dengan lancar,
ibu dan keluarga senang. Hati saya bahkan jauh lebih senang, karena selain
target yang berhasil saya dapatkan, saya juga berhasil jadi bidan sejati. Bidan
sejati ialah ia yang mau menolong dengan hati, tidak lagi memikirkan materi.
Semoga pengalaman terbahagia ini
terus melekat dalam diri, walau kini saya belum bisa menjadi bidan sejati.
.
Mkasih y kak sudah berbagi pengalaman..
BalasHapus