Kamis, 30 Desember 2021

Mengenal Desa Kendalbulur yang Sarat Prestasi

Gambar: Gapura KBA Desa Kendalbulur (sumber https://tulungagung.jatimtimes.com)



Di masa liburan seperti ini, kembali ke desa menjadi alternatif yang dipilih untuk menghilangkan penat. Bila sebelumnya istilah 'mati gaya tanpa internetan' begitu menggaung ketika ada di desa, hal ini tidak berlaku bila kita berada di Desa Kendalbulur. Desa ini adalah salah satu dari 17 desa di Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung. Desa Kendalbulur juga merupakan salah satu dari beberapa desa lainnya di Indonesia yang mendapat predikat Kampung Berseri Astra.


Desa Digital

Desa identik dengan susah sinyal. Nyatanya hal ini tidak terjadi bila kita mengunjungi Desa Kendalbulur yang merupakan desa digital. Di desa seluas 244,25 ha ini, pemanfaatan teknologi begitu maksimal utamanya dalam pelayanan masyarakat desa. Dengan demikian niscaya sistem administratif yang lelet, kuno dan kurang efektif jadi tergantikan menjadi lebih terbuka, jelas dan praktis. Apalagi banyaknya inovasi yang digencarkan membuat Desa Kendalbulur menjadi desa rujukan berbagai desa lainnya untuk mencontoh sistem desa digital.

 

Gambar: Peresmian Desa Digital (sumber kendalbulur.com)

Inovasi yang patut diacungi jempol adalah adanya panic button yang menjadi kentongan digital untuk menyebarkan informasi kedaruratan di Desa Kendalbulur. Ada aplikasi khusus yang wajib diunduh oleh para warganya, namanya Simpel Desa. Nah di dalamnya ada kentongan digital yang bisa menyalakan alarm. Jadi bila dulunya kentongan harus dipukul dan suara kerasnya menjadi pertanda kejadian tertentu, kini lebih simpel dengan adanya kentongan digital. Pun bisa sebagai bentuk pelestarian tradisi namun tetap dengan mengembangkan potensi dengan adanya digitalisasi.


Aplikasi Simpel Desa yang digagas juga berguna untuk kepengurusan surat-surat penting. Apabila sebelumnya warga desa harus berbondong-bondong dan antre di balai desa untuk kepengurusan surat tertentu, kini dengan adanya digitalisasi maka permohonan pembuatan surat jadi lebih cepat. Dengan aplikasi Simpel Desa, warga bisa memilih jenis surat sesuai kebutuhan lalu dicetak di kertas dan kepala desa tinggal tanda tangan. Karena aplikasi juga terhubung dengan ponsel kepala desa, maka beliau bisa tahu dan bisa memberikan tanda tangan sewaktu-waktu. Demikianlah warga tidak perlu sampai nongkrong di balai desa demi kepengurusan surat tertentu.


Pemanfaatan teknologi informasi tidak hanya memudahkan warga dalam mengakses pelayanan publik, namun juga berfungsi sebagai marketplace. Di aplikasi gagasan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) Layang Deso di Desa Kendalbulur ini bila ada warga yang membuat sesuatu, bisa ditambahkan ke marketplace dan melakukan promosi. Dengan begitu maka potensi pemasaran jadi semakin besar karena dilakukan pula secara online. Apalagi KIM Layang Deso bisa meliput dan menginformasikan berbagai kegiatan pemerintah desa kepada warga desa melalui akun media sosial. 


Bila dihubungkan dengan konteks ekonomi, rasanya desa digital dapat dijadikan katalisator peningkatan kinerja ekonomi dan pemberdayaan ekonomi masyarakat desa. Terlebih antara pelayanan desa dan pelayanan publik bagi masyarakatnya telah terintegrasi satu dengan yang lain. Dalam Simple Desa ada 3 platform yang terhubung yakni Smart Governance, Smart Society dan Smart Ekonomi. Bisa disimpulkan bahwa KIM Layang Deso juga layaknya mediator dan sarana pengaduan serta aspirasi secara online bagi warga Desa Kendalbulur.



Pengembangan Ekonomi Desa Melalui BUMDES

Bicara soal Smart Ekonomi, maka peran ini tidak lepas dari BUMDES. Akronim dari Badan Usaha Milik Desa, Simpel Desa di Desa Kendalbulur juga punya peran dalam menjalan unit usaha online. Warga Desa Kendalbulur tidak perlu bingung lagi untuk pembayaran tagihan listrik, internet, telepon, air, dan tagihan lainnya secara rutin. Karena aplikasi Simpel Desa bisa diisi saldo untuk Payment Point Online Bank (PPOB), sehingga bisa untuk membayar berbagai tagihan. Nah dari PPOB inilah BUMDES juga mendapat keuntungan.

Gambar: Nangkula Park (sumber nangkulapark.com)


BUMDES yang semakin besar membuat prinsip pembangunan desa dengan mengentaskan kemiskinan dan kelaparan akan bisa tercapai. Terlebih BUMDES mampu berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengurangan jumlah pengangguran dengan adanya penyerapan tenaga kerja, kegiatan ekonomi warga semakin tumbuh, kemudahan akses usaha, serta pendapatan asli desa yang semakin meningkat. Hal ini bisa terlihat dari BUMDes Larasati milik Desa Kendalbulur yang terus mengembangkan destinasi wisata bernama Nangkula Park. Ini adalah taman dengan banyak obyek menarik nan eksotis, yang dirintis sejak 2020 lalu.


Awalnya Nangkula Park dibangun dengan modal kurang lebih Rp 1 miliar, dengan rincian dana sebesar Rp 407 juta itu berasal dari BUMDES dan sisanya dibantu Pemprov Jawa Timur. Tak dinyana, selama 5 bulan pertama ternyata Nangkula Park sudah menghasilkan 1,5 Miliar, dan terus semakin bertambah hingga detik ini. Hal ini tidak lepas dari keunikan Ngakula Park yang menjadi destinasi wisata terbaik di Tulungagung untuk menghabiskan waktu bersama keluarga, sahabat, dan pasangan dengan perpaduan seni budaya dan keindahan alam. Padahal dulunya Nangkula Park hanyalah lapangan Desa Kendalbulur, namun rupanya pemerintah desa mampu mengubahnya menjadi tempat yang berpotensi mendatangkan wisatawan. Karena itulah Desa Kendalbulur patut diacungi jempol karena bisa kreatif memanfaatkan dana desa sehingga bermanfaat kepada warganya secara luas.



Ketahanan Pangan 

Selain merupakan desa digital yang mampu memanfaatkan BUMDES secara maksimal, Desa Kendalbulur dianggap mampu menyejahterakan warganya lewat ketahanan pangan. Di desa yang punya alamat website kendalbulur.com ini, ada beberapa program ketahanan pangan antara lain program kampung patin, kampung kambing dan kampung tembakau. Karena topografi Desa Kendalbulur termasuk dataran rendah, maka cocok untuk pertanian. Kebetulan tembakau menjadi komoditas andalan petani karena memberikan kontribusi pendapatan tertinggi dibandingkan komoditas lainnya. Terlebih tembakau terbaik di Tulungagung dihasilkan oleh Desa Kendalbulur.


Seperti diketahui, tembakau lokal Tulungagung punya peran penting dalam industri rokok kretek di Indonesia. Tembakau asli Kendalbulur varian Gagang Rejeb Sidi yang sudah keluar sertifikasinya membuat para petani dan pelaku usaha tembakau tidak perlu 'nebeng' atau mendompleng produk tembakau luar daerah. Apalagi Daun Gagang Rejeb Sidi yang punya mutu baik, tahan penyakit dan berkadar nikotin tinggi (4,04%) cocok untuk olahan tembakau rajangan hitam dan industri rokok kretek. Ditambah jumlah panen yang cukup besar, rata-rata mencapai 9 kuintal per hektare, maka perekonomian warga bisa membaik dan sejahtera.


Selain pertanian, peternakan Desa Kendalbulur juga punya hal yang membanggakan. Adalah kelompok ternak kambing peranakan etawa (PE) yang jadi penggerak ekonomi desa. Tidak hanya prestasi lokal, prestasi nasional pun pernah dibawa oleh mitra Simpel Desa ini. Kelompok peternak PE tidak hanya sebagai peternak daging, tapi juga menghasilkan susu berkualitas dan ada juga kambing khusus untuk kebutuhan kontes atau klangenan.


Perekonomian Desa Kendalbulur juga ditunjang oleh adanya Kampung Ikan Patin Perkasa. Lokasinya yang terintegrasi dengan kawasan wisata Nangkula Park menjadikan berbagai olahannya semakin laris manis di pasaran. Tidak hanya olahan masakan patin, ada juga pengolahan kulit ikan patin yang menjadi olahan kerupuk. Pun aneka stik, nugget, bakso ikan, tahu bakso, keripik kulit patin, rambak kulit patin dan ramen stik yang dikelola oleh UMKM Mina Sumber Pangan. Dengan demikian olahan lauk padat nutrisi ini bisa dikonsumsi oleh siapa saja karena hadir dalam aneka bentuk dan varian yang menggugah selera.

Gambar: Ketahanan Pangan Desa Kendalbulur (sumber kendalbulur.com)


Melihat betapa sejahteranya warga Desa Kendalbulur dengan segala kekayaan desanya, maka tidak heran apalagi desa ini menjadi salah satu dari 17 desa di Indonesia yang mendapat program Kampung Berseri Astra (KBA). Sebagai tandanya, Desa Kendalbulur memiliki gapura Kampung Berseri Astra Kendalbulur yang diresmikan pada Maret 2022 lalu. Ini adalah tanda bahwa Desa Kendalbulur menjadi salah satu desa dampingan Astra, yang merupakan program Kontribusi Sosial Berkelanjutan Astra. Dengan adanya kawasan permukiman binaan Astra ini maka pelatihan peningkatan taraf hidup dalam sektor perekonomian, dan beberapa penunjang lain akan terus digalakkan.


Bagi yang belum tahu, KBA ialah program pengembangan masyarakat berbasiskan komunitas. Program ini mengintegrasikan 4 pilar program kontribusi sosial berkelanjutan, yaitu Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, dan Kewirausahaan, yang berada dalam satu lingkungan kampung. Dalam hal ini Desa Kendalbulur menjadi Desa Sejahtera Astra yang menanamkan betapa harapan, optimisme, dan ajakan untuk bangkit benar-benar harus dilakukan secara bersama-sama. Kerjasama antar warga dan pengurus desa yang baik menghasilkan potensi desa yang luar biasa nan patut diapresiasi.





Sumber:

https://kabar.tulungagung.go.id/kiprah-kim-layang-deso-desa-kendalbulur-kecamatan-boyolangu/

https://www.kemendesa.go.id/berita/view/detil/3482/gus-menteri-sebut-prinsip-pembangunan-desa-adalah-mengentaskan-kemiskinan

https://www.wargadesa.com/potensi/pr-7905946072/kelompok-ternak-etawa-penggerak-ekonomi-desa-kendalbulur?page=2

https://kkp.go.id/brsdm/pusriskan/artikel/30384-kunjungan-dinas-kepala-pusat-riset-perikanan-ke-kabupaten-tulungagung

Minggu, 19 Desember 2021

Mengulas Sisi Lain Sejarah Epidemi HIV dan AIDS di Indonesia


Desember identik sebagai bulan akhir tahun sang penutup cerita. Pun bulan refleksi diri tentang harapan dan hal-hal yang telah dilakukan, mana yang perlu diberbaiki dan mana yang dilanjutkan untuk ke depannya. Tak dinyana, Desember juga bulan untuk kembali mengulas sisi lain sejarah epidemi HIV dan AIDS di Indonesia, yang sejatinya kurang jadi bahan pembicaraan sebab tertutup oleh pandemi yang menerjang selama 2 tahun ini. Padahal kurang terdengarnya berita soal HIV dan AIDS bukan berarti epidemi ini telah menghilang dari muka bumi.

Pada Kamis, 16 Desember 2021 lalu, saya menyimak obrolan di YouTube Berita KBR. Topiknya menarik sekali, tentang Sisi Lain Sejarah Epidemi HIV dan AIDS di Indonesia. Talkshow berdurasi 1 jam ini selain via YouTube Kabar KBR, juga bisa disimak di 100 radio jaringan KBR seluruh Indonesia, pun via website KBR.id dipandu oleh Rizal Wijaya. Diisi oleh narasumber Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD-KAI sebagai anggota badan pembina YKIS dan Asti Septiana yang merupakan ODHIV, rasanya sayang bila melewatkan talk show singkat ini.

1 Desember merupakan Hari AIDS sedunia, dan tetap perlu digaungkan agar masyarakat ingat akan adanya penyakit ini dan segala permasalahannya. Terlebih di masa sekarang dimana pandemi Covid-19 jadi lebih menghebohkan dan terkesan tidak ada hal terpenting selain penanganan penyakit yang disebabkan virus ini, epidemi HIV dan AIDS harus kembali dikulik sejarahnya. Dari data yang disebutkan Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD-KAI, mereka yang tau statusnya ada sekitar 75%, yang dapat obat ARV juga telah meningkat, diharapkan angkanga mencapai 95%. Keberhasilan penanggulangan HIV dan AIDS di dunia adalah berkat peran serta segala elemen masyarakat.

HIV itu ada, dan sudah ada di Indonesia sejak lama. Mbak Asti mengingatkan kembali bahwa, "Hendaknya kita memahami apa itu HIV, AIDS serta perbedaan keduanya. Tidak percaya juga pada mitos, serta mengerti bahwa penyakit ini bisa dicegah dan diobati. Adanya HIV- AIDS baiknya tidak dihubungkan dengan moral, karena penyebabnya bukan stigma moral yang buruk."

Kalau Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD-KAI menekankan bahwa peran serta masyarakat benar-benar dibutuhkan dalam penanggulangan masalah HIV - AIDS di Indonesia. "Jadi, sebelum pemerintah punya program, di masyarakat sudah punya. Apalagi sudah ada obat ARV atau anti retroviral. Obat ini ditemukan 1997, dulu sulit mendapatkannya karena harganya mahal. Beruntung di tahun 2002, obat ARV sudah bisa dikonsumsi di negara kita." cerita beliau.

Sebelum ada obat ARV, mereka yang terkena HIV dan berada di stadium AIDS yang sudah berat, harapan hidupnya 6 bulan sampai 1 tahun. Karenanya di banyak negara yang ARV-nya tidak ada adalah dibuatlah rumah penampungan. Tujuannya karena keluarga penderita tidak mengerti bagaimana cara perawatan ataupun hal-hal lainnya yang berhubungan dengan HIV - AIDS, pun karena kondisi penderita yang parah dan bisa meninggal sewaktu-waktu. Termasuk YLKI yang membuat shelter di masa sekitar tahun 1995 untuk para penderita HIV - AIDS.

Kemudian setelah adanya obat ARV maka bisa menekan pertumbuhan virus, tidak bisa berkembang biak, kekebalan tubuh naik kembali dan kondisi penderita bisa sehat. Selain bermanfaat bagi ODHA, terapi obat ARV ternyata juga bisa mengendalikan infeksi dan penularan HIV - AIDS. Selain pengobatan ARV terbukti menurunkan angka kematian pada ODHA akibat HIV, rupanya ODHA yang mendapatkan obat ARV juga terbukti tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain, seperti ibu hamil yang kemudian melahirkan bayinya, misalnya.

Untuk efektivitas pengobatan ARV, tercatat penggunaan ARV telah berhasil menurunkan angka kematian terkait HIV - AIDS dari 1,5 juta pada tahun 2010 menjadi 1,1 juta di tahun
2015. Syukurlah kini obat ARV disediakan secara gratis melalui program pemerintah Indonesia sejak tahun 2014 bahkan kini tersedia di lebih dari 400 layanan kesehatan seluruh Indonesia.

Untuk HIV - AIDS yang dihubungkan dengan moral, Mbak Asti mengungkapkan keresahannya. Bukan berarti pada ODHA adalah yang bermoral buruk seperti mereka yang tidak setia pada pasangannya, sebab nyatanya Mbak Asti kena HIV karena tertular dari suaminya yang pemakai narkoba suntik jenis putau. Ini artinya bukan karena suaminya tidak setia dengan berganti-ganti pasangan, seperti stigma penyebab HIV yang melekat di masyarakat. Saat didiagnosa penyakit ini di 2011, Mbak Asti dan suami yang belum mengerti soal HIV - AIDS hanya mengira penyakit ini hanya ada di cerita-cerita film, tapi ternyata juga bisa menyerang keduanya.


Stigma ada karena ada ketidakpahaman. Kunci melawan stigma ialah dengan penyuluhan atau pemberian informasi dengan benar. Saya kira stigma soal HIV - AIDS hanya ada di Indonesia, ternyata kata professor sudah ada di seluruh dunia. Dulu bahkan saat Putri Diana bersalaman dengan orang yang positif HIV, orang-orang jadi mengerti bahwa hal ini bukanlah penyebab tertularnya penyakit Human Immunodeficiency Virus ini. Untuk itulah informasi soal penyebab, pengobatan serta cara pencegahan HIV - AIDS wajib digaungkan, agar masyarakat mengerti dan paham sehingga stigma berangsur-angsur menghilang.