Rabu, 15 November 2023

Bukti 128 Tahun BRI Tumbuh Kuat dan Hebat

Siapa sangka yang dulunya bertujuan menolong dari rentenir dengan sumber dana berupa kas masjid kini tumbuh menjadi bank besar kebanggaan Indonesia. Ialah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, yang kita kenal sebagai BRI. Sejak kehadirannya di 1895, 128 tahun sudah BRI menemani bangsa Indonesia dan terus tumbuh kuat dan hebat seperti saat ini. Bahkan bank yang sangat dekat dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ini bak pahlawan UMKM yang siap mendampingi untuk naik kelas dan mewujudkan cita-cita BRI sebagai The House Bank for SMEs (Small and Medium-Sized Enterprises).


Sejarah Berkembangnya BRI

Dahulu pada tahun 1894 di Purwokerto, didirikanlah sebuah lembaga semacam bank oleh Raden Aria Wiriatmadja. Beliau adalah seorang Patih. Karena prihatin dengan kehidupan para priayi atau pegawai pribumi yang terjerat utang kepada rentenir, maka dibuatlah semacam bank atau koperasi. Dana yang dipakai adalah kas masjid sebesar 4.000 gulden yang dikelolanya, kebetulan beliau juga ahli dalam keuangan.


Namun kemudian atasannya, Asisten Residen E. Sieburgh mengetahui hal ini dan mengatakan bahwa seharusnya dana kas digunakan sebagaimana mestinya, yaitu hanya untuk pengelolaan urusan masjid saja. Dari sinilah setahun kemudian, tepatnya 16 Desember 1895 didirikanlah Bank Perkreditan Rakyat pertama dengan nama De Peorwokertoscne Hulp En Spaarbank Der Inlandsche Hoofden atau Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priayi Purwokerto, atau lebih dikenal sebagai Bank Priayi. Tanggal ini pula yang kemudian dijadikan Hari Ulang Tahun (HUT) BRI di masa kini. Sesuai namanya awalnya bank ini hanya melayani kaum priyayi, hingga kemudian seiring berjalannya waktu jadi berpihak pada rakyat pada umumnya.



Gambar BRI pertama saat masih sebagai Bank Priayi, sumber mojok.co


Namanya juga lembaga keuangan, pasti ada dinamika. Terjadi beberapa perombakan dan perubahan nama, antara lain menjadi Centralekas Voor Het Volkscredietwezen pada 1912 dan menjadi Algemeene Volkscrediet Bank (AVB) pada 1934. Saat penjajahan Jepang di 1942, AVB berubah menjadi Syomin Ginko yang artinya Bank Rakyat. Lalu setelah Indonesia memperoleh kemerdekaan, berubah nama lagi kembali menjadi Bank Rakjat Indonesia (BRI).


Melalui Perpu No. 41, berdirilah Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN). Ini gabungan BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Handels Maatschappij (NHM). Perubahan tak berhenti di situ, ada penetapan presiden (penpres) No. 9 tahun 1965 dimana BKTN diintegrasikan kedalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan. Menjadi bank tunggal dengan Nama BNI unit II bidang rural, dan kembalinya fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral, BNI Unit II Rural berdasarkan UU No. 14 tahun 1967 tentang Undang-undang Pokok Perbankan dan UU No. 13 tahun 1968 tentang Undang-undang Bank Sentral maka namanya menjadi BRI kembali.

Pada tahun 1992, statusnya menjadi perseroan. Kemudian kondisi ekonomi Indonesia membuat BRI berperan aktif penyaluran dan penghimpunan dana masyarakat sehingga menjadi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, pada 23 Oktober 2003. BRI terus berkembang dalam menjawab berbagai tantangan dan perubahan hingga bisa tumbuh kuat dan hebat seperti sekarang. Digitalisasi BRI terus ditingkatkan demi memuaskan kebutuhan masyarakat Indonesia. Sebagai pendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan, BRI untuk Indonesia benar-benar dibuktikan lewat aneka inovasinya, termasuk kolaborasi strategis yang dijalankannya.

Gambar Menara BRI Jakarta, sumber BRI.co.id


Kolaborasi strategis yang dilakoni BRI tak main-main dan utamanya tetap memihak rakyat dengan memajukan UMKM. Seperti misalnya Holding Ultra Mikro (UMi) yang terdiri dari BRI, Pegadaian dan Permodalan Nasional Madani (PNM). Pada 2022 lalu terbentuklah tim sinergi budaya kerja yang dinamai “BRIGADE MADANI”. Ini merupakan wujud komitmen BRI untuk go smaller, go faster, dan go shorter. Selain itu BRI juga berhasil menaikkelaskan nasabah Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro ke Komersial hingga meyakini mampu mendongkrak inklusi keuangan di Indonesia.



Arti Logo 

Pada usianya yang ke-128 tahun, BRI hadir dengan tema "Kuat dan Hebat". Dengan logo berbentuk dinamis yang mengisyaratkan gerak cepat nan adaptif. Terdapat pula angka 128 pada logo menggambarkan perjalanan panjang BRI selama 128 tahun. Ada arti dari masing-masing angka, yaitu angka 1 adalah gambaran visi BRI untuk menjadi The Most Valuable Banking Group In Southeast Asia & Champion of Financial Inclusion, angka 2 gambaran fokus transformasi BRI (aspek digital & culture), dan angka 8 sebagai ketidakterbatasan (infinity). Untuk warna pada logo, ada warna biru yang mengartikan kuatnya BRI dalam berkontribusi kepada Indonesia, serta warna jingga mengartikan berkembang dengan hebat penuh semangat dan percaya diri. BRI akan terus tumbuh kuat dan hebat serta berkembang menjadi pendorong pembangunan serta peningkatan perekonomian seluruh rakyat Indonesia.

Gambar logo BRI 128 tahun, sumber X BRI





Sumber:

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/754/05.4%20bab%204.pdf?sequence=8

https://twitter.com/BANKBRI_ID/status/1717847019665150363

https://www.fokusmedia.id/nasional/amp/62110819877/128-tahun-bri-tumbuh-hebat-dan-kuat-dampingi-umkm

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-7007066/logo-hut-ke-128-maknai-perjalanan-bri-dampingi-umkm-lebih-dari-1-abad/amp





Jumat, 03 November 2023

Efektifnya Peran Media dalam Menyuarakan Isu Kusta


Meski tahun 2023 akan berakhir, akan tetapi jumlah penderita kusta baru rupanya masih ada. Tercatat ada 16.000 hingga 18.000 kasus, memang angka yang stagnan selama 1 dasawarsa. Namun angka ini membuat Indonesia menjadi negara dengan penderita kusta terbanyak ketiga di dunia. Tentu saja sudah banyak upaya pemerintah dalam menanganinya. Bahkan beberapa komunitas pun peduli dan terus menyuarakan isu kusta agar tak terlupa dan terus mendapatkan perhatian pemerintah. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh NRL Indonesia yang rutin menggaungkan isu kusta lewat Ruang Publik berita KBR.


Pada Selasa, 31 Oktober 2023 lalu, Ruang Publik KBR yang dipersembahkan NRL Indonesia membahas soal "Peran Media dalam Menyuarakan Isu Kusta". Narasumber yang dihadirkan adalah Ajiwan Arief Hendradi, S. S., yang merupakan redaktur Solidernews.com. Suasana live streaming di youtube makin semarak karena host Rizal Wijaya mempersilahkan para penonton berkomentar dan bertanya pada kolom live. Nanti pertanyaan terpilih akan dijawab langsung oleh narasumber.

live streaming Ruang Publik Berita KBR

Kusta memang berkaitan dengan disabilitas. Tercatat disabilitas kusta mencapai 6.6 per 1 juta penduduk per tahun pada 2017, padahal target pemerintah adalah kurang dari 1.1 per 1 juta penduduk. Tentu saja hal ini menunjukkan keterlambatan penemuan dan penanganan soal kusta. Akibatnya angka penularan kusta bisa meningkat.


Oleh karena itu perlu dilakukan sosialisasi soal apa dan bagaimana kusta agar masyarakat awam paham soal penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae ini. Sosialisasi dilakukan dengan penyebaran informasi mengenai kusta di berbagai media, seperti media sosial, online, dan elektronik. Karena itu, media punya peran penting dalam mengatasi hoaks, mitos dan stigma kusta. Informasi yang dibagikan media haruslah valid sesuai fakta tanpa menyajikan stigmatisasi dan diskriminasi yang dapat mempengaruhi kesejahteraan emosial, psikologi dan sosial penderita kusta.


Narasumber Ruang Publik KBR kali ini berasal dari Yogyakarta. Terlebih dahulu, Ajiwan, sapaannya, memperkenalkan dirinya dan solidernews.com yang berfokus menyuarakan isu advokasi disabilitas di seluruh Indonesia. Berada di bawah naungan lembaga Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIDAK), adanya solidernews.com diharapkan dapat meliterasi masyarakat luas soal disabilitas, utamanya karena kusta. Itulah mengapa peran media dinilai efektif dalam menyuarakan isu kusta.


Pertanyaan tentang apa dan bagaimana kusta, bagaimana kalau diri atau kerabat terkena kusta, penanganan kusta itu bagaimana, semua ini akan terjawab dengan literasi isu kusta. Ajiman berujar, "Kami berjejaring dengan lembaga-lembaga spesifik seperti NRL Indonesia untuk menyuarakan isu kusta dengan menghadirkan tulisan, liputan dan opini terkait penanganan isu kusta agar diketahui masyarakat. Setiap tahun selalu ada hal yang dilakukan, misalnya pada tahun 2021 melakukan pendampingan untuk penulisan dan training jurnalistik di 2022. Dengan begitu semakin banyak yang bisa menyuarakan soal kusta."


Tulisan ringan disajikan untuk menyuarakan kusta di solidernews.com. Dari analis sosial yang dilakukan, perlu angle menarik agar isu kusta terangkat. Tidak perlu menggurui, tapi bisa mengena di hati pembaca. Sudah ada puluhan tulisan yang tayang di solidernews.com dan mendapatkan respon positif dari pembaca. Bahkan sampai di-share ke grup-grup Whatsapp sehingga informasi yang disampaikan tersampaikan luas.

tampilan layar solidernews.com

Untuk mengatasi berita hoaks yang meresahkan soal kusta, Ajiwan menyarankan agar pembaca bisa lebih 'cerdas' memilah dan memilih berita dengan rajin melakukan verifikasi. Bisa cek fakta di google, jadi bisa diketahui mana berita bohong dan benar. Inilah mengapa peran media alternatif sangat penting. Jangan sampai berita hoaks yang menimbulkan ketakutan dan kecemasan tersebar luas di masyarakat.


Saat ini penderita kusta banyak berada di daerah-daerah terpencil. Penderita kusta sering dikucilkan di lingkungannya, bahkan di keluarganya sendiri. Padahal dukungan keluarga sangat penting dalam mengentaskan kusta, karena penularannya tidak semudah influenza dan kusta bisa diobati dengan pengobatan teratur. Karenanya ada pendampingan di sana, beserta pengkampanyean isu kusta di penulisan dan sosial media.


Dalam 5 sampai 10 tahun terakhir, sudah banyak masyarakat yang aware isu kusta. Apalagi kaum milenial yang punya sifat terbuka dalam menerima informasi baru. Kusta bukanlah penyakit kutukan dan ini yang harus diluruskan, dimana pemahaman soal ini telah meningkat akibat banyaknya tulisan soal fakta kusta di berbagai media. Di media sosial pun terlihat komentar positif isu kusta dan hal ini membuktikan bahwa pengetahuan masyarakat tentang kusta telah bertambah.

komentar di live streaming Ruang Publik Berita KBR

Tantangan dalam menyuarakan isu kusta di media ada keberpihakan yang masih minimal. Ajiwan menyinggung komentar yang menyebut bila berita KBR tidak rutin menyuarakan isu kusta, mungkin masih banyak masyarakat yang tidak tahu apa dan bagaimana itu kusta. Karena kusta bukanlah penyakit yang populer di masyarakat, bahkan stigma buruknya membuat penderita jadi terkucilkan. Itulah mengapa media perlu terus menyuarakan soal kusta, bisa lewat tulisan ataupun postingan di sosial media. Dengan demikian edukasi soal kusta jadi meningkat, diharapkan semoga stigma yang berkembang di masyarakat pun bisa menjadi hal yang positif.